Sabtu, 28 Maret 2009

Antara Musik Reggae dan Rastafarian


Sayangnya, meskipun menyuarakan perdamaian, banyak pula yang memandang negatif terhadap komunitas penggemar musik reggae. Mereka diidentikkan dengan kehidupan bebas serta konsumsi daun ganja.

Irama musik reggae ini, terdengar mengasyikkan. Iramanya yang dinamis, membuat pendengarnya terhanyut. Mereka ikut menghayati lirik-lirik dalam sebuah lagu berirama reggae ini.

Sepintas, penampilan para penggemar musik reggae ini seakan menunjukkan gaya hidup yang masa bodoh. Kaos oblong, jeans belel, serta rambut gimbal, menambah lusuh penampilannya.

Ditambah lagi dengan adanya stereotipe negatif yang selama ini muncul. Musik reggae terkesan identik dengan ganja, mariyuana, serta seks bebas. Hal itu diperkuat oleh kenyataan di mana petugas kebersihan kerap menemukan sisa lintingan ganja yang habis dibakar, seusai pertunjukkan musik reggae.

Soal penggunaan ganja untuk menikmati musik reggae tidaklah diterima oleh seluruh penikmat musik reggae. Menurut mereka, reggae sebetulnya adalah musik yang membawa pesan perdamaian.

Sehingga tak ada hubungannya sama sekali dengan penggunaan ganja yang merupakan benda ilegal untuk dikonsumsi secara bebas.Musik reggae semakin populer ke seluruh penjuru dunia di era tahun 1980-an, termasuk di Indonesia. Akar musik ini adalah musik ska, yang temponya lebih cepat dibandingkan reggae.

Dan kematian Bob Marley pada tahun 1981, malah semakin membuat musik dinamis ini menjadi semakin digemari.Bisa jadi, penggemar musik yang menghisap ganja saat mendengar lagu-lagu reggae, sebetulnya terbawa oleh upaya meniru perilaku perilaku negatif idolanya.

Pada praktiknya, menghisap ganja dapat memunculkan fantasi tertentu bagi penggunanya. Dan ini yang diyakini oleh sebagian orang agar dapat membuat mereka lebih menikmati musik yang dimainkan.

Bagi sebagian orang, reggae sebetulnya dapat memberikan pengaruh yang positif. Selain lirik lagu reggae berisi pesan perdamaian, juga memberikan dorongan untuk membuat hidup lebih baik.

Pesan perjuangan yang diusung dalam musik reggae, diilhami dari kondisi sosial di Afrika, khususnya di Jamaika, yang merupakan daerah koloni negara-negara Eropa.

Karena itu, tidak heran orang-orang yang bernasib serupa dengan orang Jamaika, akhirnya juga menyukai reggae.

Namun, tidak semua penggemar reggae memahami makna di balik gelora musik ini. Sebagian masih melihatnya sekedar sebagai hiburan belaka, yang berkonotasi dengan suasana santai, atau liburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar